- BBPLK Bandung Targetkan Minimal 70 Persen Peserta Pelatihan Terserap oleh Industri
- Kejati Banten Usut Dugaan Penyunatan Dana Hibah Ponpes Rp 117 Miliar
- Proyek Bersama Korsel-Indonesia, Jet Tempur KF-21 Resmi Meluncur
- Tak Pernah Digaji Majikan 18 Tahun, PMI Kabupaten Bandung Diungsikan ke KJRI Jeddah
- Siswa Antusias Mengikuti Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka Di Majalengka
- Buruh di Karawang Polisikan Bos WN Jepang Atas Dugaan Penganiayaan
- 5 Pintu Gerbang Utama Jawa Barat Ini Dijaga Ketat, Pasca Mudik Dilarang
- Ridwan Kamil Lantik Dedi Taufik Jadi Penjabat Bupati Bandung
- Cegah Sahur On The Road, Disdik Jabar Arahkan Pelajar SMA Ikut Pesantren Kilat
- Sakit Hati Ditinggal Menikah, Ayah Kandung Culik Dan Siksa Anaknya
- 1 Buronan Terduga Teroris Jakarta Serahkan Diri ke Polisi
- 3 Gadis Cantik Warga Negara Uzbekistan Dijajakan di Bali
- Petugas Damkar Depok Bongkar Dugaan Korupsi di Tempatnya Bekerja
- Kota Bandung Bakal Gelar Sekolah Tatap Muka Bagi Siswa SD dan SMP
- BLT UMKM Rp1,2 Juta Tetap Disalurkan di Bulan Puasa
Kelebihan Deteksi CePad dibanding Rapid Test Saat Ini

BANDUNG -- Universitas Padjadjaran (Unpad) terus mengembangkan inovasi alat pengetesan Covid-19 yakni Deteksi CePad atau Rapid Test 2.0. Koordinator Peneliti Rapid Test Covid-19 Unpad dari Fakultas MIPA Muhammad Yusuf mengatakan, alat ini memiliki perbedaan dengan tes cepat (rapid test) yang umum digunakan saat ini.
Jika rapid test Covid-19 yang umum mendeteksi antibodi, Deteksi CePad ini mendeteksi antigen. Hal ini, kata Yusuf, membuat Deteksi CePad lebih cepat dalam mendeteksi virus karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi virus.
"Deteksi antibodi itu mempunyai kelebihan, karena proses sampling relatif cepat, dan digunakan untuk mendeteksi penyakit sudah menyebar di mana saja," kata Yusuf.
Baca Lainnya :
- 5 Kecamatan di Karawang Masuk Zona Hitam COVID-190
- BIN Gelar Rapid Test di Bandung, 16 Orang Reaktif Covid-190
- Ridwan Kamil, Jawa Barat Siap Menampung Relokasi Investasi Dari China0
- Reproduksi COVID-19 Cenderung Naik, Warga Jabar Wajib Tetap Jaga Jarak0
- Rapid Test Harus Bayar, KH Cholil Nafis: Kemana Uang Triliunan Rupiah Itu?0
"Tapi, ketika tes cepat digunakan untuk bisa memprediksi atau ketika orang menunjukkan gejala sakit dengan antibodi biasanya akan non-reaktif, karena antibodi belum terbentuk. Sehingga, kami berpikir untuk melengkapi tes cepat dengan antigen," kata dia.
Yusuf berharap dengan adanya Deteksi CePad, deteksi dan penanganan Covid-19 di Indonesia, khususnya di Jabar, berjalan lebih optimal.
"Jadi dengan lengkapnya tes cepat ini, dengan antibodi tersebar, deteksi antigen tersedia, mudah-mudahan penanganan Covid-19 semakin baik ke depannya," ujarnya.
Pernyataan senada diucapkan Kepala Pusat Studi Infeksi Fakultas Kedokteran Unpad Bachti Alisjahbana. Menurut Bachti, hadirnya inovasi-inovasi alat pengetesan akan mempercepat diagnosa. Hal tersebut amat dibutuhkan dalam penanganan Covid-19.
"Saya pikir setelah melihat beberapa kali uji coba ini (Deteksi CePad), cukup menjanjikan dengan sampel yang kami punya. Setelah ini, kami akan melakukan proses uji coba lagi," kata Bachti.
Direktur Inovasi dan Korporasi Unpad Diana mengatakan panduan penggunaan Deteksi CePad terus dimatangkan. Demikian juga dengan panduan produk. Sebab, pengambilan nasofaring, sampel Deteksi CePad, tidak bisa dilakukan sembarangan.
"Sekarang yang digodok adalah bagaimana barang itu bisa sampai ke masyarakat," ucap Diana.
VitPAD-iceless Transport System
Hasil inovasi lain dari Unpad adalah VitPad-iceless Transport System, sebuah Viral Transport Medium (VTM) yang memiliki ketahanan dan keamanan untuk penyimpanan dan transportasi sampel virus di suhu ruang.
Dosen Fakultas Kedokteran Unpad yang juga tim pengembangan vitPad, Hesti Lina, mengatakan ketergantungan akan VTM impor menjadi salah satu latar belakang timnya mengembangkan vitPad, sedangkan Indonesia, khususnya Jabar, memerlukan VTM dalam jumlah banyak.
"Kami memikirkan bagaimana bisa membuat VTM produk lokal dan juga memiliki kualitas yang baik dan tahan di suhu kamar, sehingga memudahkan transportasi dari fasilitas kesehatan di pelosok ke laboratorium pemeriksa (Covid-19)," kata Hesti.
Penyimpanan sampel dalam VTM yang biasa digunakan, kata Hesti, harus berada di suhu 2-8 derajat celcius. Maka, diperlukan boks eks dengan pengamanan berlapis dalam pengiriman sampel ke laboratorium pemeriksaan.
"Dalam pengiriman, VTM harus menggunakan icebox, sedangkan kalau ini (vitPad) kami sudah tidak membutuhkan icebox lagi. Jadi, untuk transportasi lebih simpel dan bisa menjangkau daerah-daerah," ucapnya.
Hesti mengatakan, vitPad sedang divalidasi ke sampel yang lebih banyak. Pihaknya akan memproduksi 3.000 vitPad yang disebar ke sejumlah fasilitas kesehatan di Jabar. "Perizinan sedang dilakukan secara paralel, mungkin kami juga kerja sama dengan industri. Itu juga bisa diharapkan terbuka. Sehingga, kami bisa memproduksi vitPad lebih banyak, cepat, dan efisien, untuk bisa membantu kecepatan pemeriksaan Covid-19 di Jabar," katanya.[]